Saat itu
masih kuingat semuanya
kamu
aku
malam itu,
saat aku harus deg-deg-an menunggu ucapan dari bibirmu
"aku menyukaimu. aku tidak tahu kenapa.tapi aku suka kamu... maukah kamu..."
ucapan itu belum selesai. masih tertahan di bibirmu meskipun aku tahu apa kelanjutannya.
keringat dingin mengucur dari tubuhku.
perasaan yang bercampur dan situasi yang benar benar tak kuduga
sepertinya, saat itulah cerita tentang aku dan kamu dimulai..
lalu kau melanjutkannya sambil tersenyum simpul melihat mukaku yang merah merona karena menahan rasa malu, "maukah kamu menjadi kekasihku?"
aku diam. tidak merespon. belum mampu merangkai kata-kata untuk menjawab.
lalu kau kembali bertanya "maukah kamu menjadi kekasihku? aku butuh jawabmu sekarang. bukan besok atau nanti. jawablah" sembari tersenyum dan tertawa kecil melihat tingkahku yang semakin tak karuan
"aku tidak tahu", bodohnya. aku menjawab seperti itu. "kenapa? jawablah. aku butuh sekarang"
tanpa sengaja aku menutup mukaku oleh bantal disampingku. jujur. aku malu.
baru pertama kali aku merasakan cinta saat itu. ya, jatuh cinta bersamamu.
dengan mengumpulkan segala keberanian aku menjawab "ya. aku mau". Entah kenapa sekarang dia yang tidak karuan. dia tersenyum lebar dan meninggalkanku dengan riang wajahnya.
Aku tahu, jatuh cinta adalah hal terindah yang manusia rasakan
sudah hampir pukul sebelas malam, tubuh ini rasanya ingin remuk dan segera aku merileksasikan tubuhku di atas tempat tidur. hampir terlelap pulas, tiba tiba bunyi suara handphoneku. ternyata kau. pesan singkat pertama yang kuterima darimu untuk awal cerita manis ini "selamat malam sayang. i love you..." dengan setengah sadar aku membalas pesanmu "ya selamat malam juga sayang" tak sabar ingin menemuimu dalam mimpi malam ini.
Hari pertama,
hari ini terik matahari menyengat kulitku. tugas sekolah terus membebaniku.sampai dirumah kau sudah muncul dihadapanku.panik.wajahku kusam karena lelah hampir setengah hari disekolah. takut jika kau nantinya tidak tertarik padaku lagi. salah tingkah. selalu saja aku begitu. "hai" sapamu begitu, "ya." kujawab, segera aku masuk ke dalam kamar dan meninggalkanmu yang sedang bercengkrama dengan ibuku dan saudara saudaraku. cinta tanpa sembunyi itu lebih menyenangkan hehe.
aku sedikit malu. aku selalu salah menunjukan sikap kepadamu. kita seperti tidak ada hubungan. hanya sebatas pesan singkat setiap harinya selama tiga bulan. aku mengacuhkanmu. bukan maksudku. tapi aku selalu gugup berlebihan ketika di dekatmu.
Tiga bulan kemudian,
"aku lelah kau buat begini. kau anggap aku tidak ada.kau acuhkan aku setiap kali kita bertemu.seperti tak penting aku bagimu.aku rasa hubungan ini cukup sampai disini.." ,ucapku saat membaca pesan singkat darimu tengah malam itu. rasanya air mata ini tak mampu terbendung lagi. aku luapkan semuanya. aku jelaskan padanya apa alasanku seperti ini. aku balas, "kau yakin? aku masih mencintaimu. apa tak ada kesempatanku untuk berubah? aku ingin merubah semuanya. aku tidak mengacuhkanmu.aku hanya tidak tahu harus bersikap seperti apa.aku terlalu gugup.aku tidak bisa mengontrol perasaan maluku.hingga terkesan kau kulupakan.kumohon..beri aku satu kesempatan untuk merubah semuanya:'( " .
takut kehilangan. perasaan yang sangat amat kubenci. nafasku terbata-bata menahan tangis supaya tak ada yang mengetahui tangisanku. sebenarnya, malam itu dia ada disamping kamarku. dia bermain dengan kakakku. kututupi telingaku dengan bantal erat erat. aku benci dengan diriku saat itu. aku hampir saja kehilanganmu. beberapa menit kemudian, ternyata kau membalasnya. kau bilang, "baiklah. aku beri kau satu kesempatan. ini yang terakhir.jika tidak, maaf kita memang tidak sejalan"
sedikit lega.
Aku belajar tentang memahami orang lain, dan berfikir dari sisi yang lain. Aku tidak boleh egois.
beberapa bulan telah berlalu. aku telah merubah sikapku. menjadi seperti apa yang dia mau. sampai suatu hari.......
kali ini perasaan cemas melandaku berminggu minggu. curiga. perubahan dia drastis sekali. malas menemuiku dengan alasan ingin bermain dengan teman temannya. hingga berita buruk itu terdengar olehku. dia mendekati wanita lain. dia bermain di belakangku. dengan wanita yang sudah lama kukenal. perdebatan antar pesan singkat berlangsung olehku dan wanita itu. aku tahu, wanita itu tidak salah.
kebodohan bertambah hebat, aku tuangkan semua amarahku pada obat tidur. sengaja kuminum lebih dari dosis agar aku bisa lupakan segalanya. aku ingin tidur tenang malam ini dan melepaskan semuanya.
tapi aku salah, kakakku menemui lelaki itu bersama wanita barunya. menghajarnya dengan dua tangannya. kekesalannya karena adiknya telah disakiti. aku beruntung :')
tepat jam sepuluh malam. aku menemui dua orang yang sangat kubenci saat itu. muak.
"jadi apa maumu sekarang?", lelaki itu membuka pembicaraan dengan muka sedikit lebam bekas pukulan dari kakakku.
"mauku? enteng sekali pertanyaanmu! aku kecewa denganmu" , jawabku
"maaf. aku tidak tahu akan seperti ini. kenapa tak kau jelaskan padaku sebelumnya?" , wanita itu bertanya padaku
"untuk apa? toh belum tentu kau akan peduli padaku" , jawabku menahan tangis
"maaf..." , wanita itu kembali berucap dan tak kujawab
"kau mau kita kembali seperti dulu atau apa?" ,jawab lelaki itu
"kembali seperti dulu tapi tanpa perasaan saling sayang? percuma. aku mencintaimu dengan tulus. aku rela berubah demi kamu. tapi apa balasmu? kau mendua. dengan dia. kurang sakitkah bagiku? kurang puaskah kau melakukan ini padaku? untuk apa kamu muncul dihidupku dan pergi dengan seenaknya?" ,ucapku. kembali mengatur nafasku yang terengah-engah karena tangis
"maaf" ,jawabmu singkat
"percuma. aku rasa cukup sampai disini. aku harap kau temukan kebahagiaan sejatimu. tanpaku lagi. jangan lupakanku. sampai bertemu lagi" ,segera aku meninggalkanmu dengan segala kekesalan dan tangisanku malam itu. rupanya, saat itu juga cerita kita terhenti.
Karena setiap pertemuan selalu ada perpisahan, karena semua tidak ada yang abadi.Termasuk aku, kamu dan dia.Ketika semua harus berakhir,anggaplah ini sebagai awal dari hidup barumu. Selamat tinggal masa laluku, selamat tinggal kisah lamaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar