kebisuanku dalam mengutarakan perasaanku
adalah penghalang buntu dari rapuhnya hati ini
tanganku dingin, bahkan bibirku selalu bergetar beku
ketika tekadku hampir bulat untuk mengungkapkannya
kadang hati ini menjerit pilu, terasa getir teriris pedih
melihat kau telah termiliki
sadarkah kau? akulah yang menunggu, menantimu dibalik ketidak sadaranmu
menginginkanmu, tak berdaya
melepasmu, apalagi
butuh berapa lama lagi aku mengendap di alam yang gelap?
berapa lama lagi....aku merasa mampu mengiba pada takdir?
aku ingin menangis, mungkin air mata ini yang akan berkata
aku merasa lumpuh setelah sekian lama berlari
tapi nyatanya?
air mata ini tetap membisu
dan langkahku ternyata palsu
berpura-pura tak ada lagi dalam lingkar bayangmu, adalah semu
aku berbohong, maaf lagi-lagi aku berbohong
hati ini tak mampu mendusta, hati ini masih tetap disana
tercuri olehmu
bisakah kau kembalikan semua ini?
kau membuatku berada dalam remang ketidak pastian
kau menjeratku, membawaku terbang, dan ntah sampai mana
tolong, aku sudah lelah terus terbodohi logika
aku ingin akhiri, aku tidak mampu terus begini
kau dekat, tapi seakan tak tampak
kau selalu ada, namun bukan milikku seutuhnya
aku harus pergi, atau aku harus bertahan? jujur, aku lelah
-Syahrani , 15thn, pelajar, ditulis dibelakang buku sosiologi pd jam istirahat, saat galau, memikirkan nasib echa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar